PENGENALAN ALAT DAN MESIN PERBENGKELAN
(Laporan Praktikum Mata Kuliah Perbengkelan)
Oleh:
Rizki Eprimal 1414071085

LABORATORIUM DAYA ALAT DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya kegiatan
otomotif maupun listrik membutuhkan keahlian dan kewaspadaan akan bahaya
dari alat-alat yang digunakan. Selain itu peraturan-peraturan yang telah dibuat
sebagai standar keamanan disebuah tempat bengkel maupun tempat lainnya, harus
kita patuhi.Maka dibutuhkanlah teknologi yang lebih maju dan
modern.Dalam perancangan alat atau mesin yang lebih modern dibutuhkan lah
tempat serta alat yang layak dan tepat untuk merancang hingga membuat alat
seutuhnya. Oleh sebab itu maka pengenalan tentang perbengkelan dalam bidang
pertanian menjadi cukup penting. Disnalah dapat di pelajari tentang seluruh
jenis dan fungsi alat serta mesin penunjang perbengkelan pertanian.
setiap
alat dan mesin memiliki karakteristik berbeda serta dapat mengancam keselamatan
pengguna atau operator selama pengerjaan. Dengan mengetahui jenis dan fungsi
alat serta mesin dapat mengurangi resiko kecelakaan. Di dunia industry modern
biasanya dibuat sistem keselamatan kerja dengan membuat aturan-aturan atau tata
cara pengoperasian alat serta mesin perbengkelan. Dengan begitu sangat
pentingnya cara pengoperasian dan sistem keselamatan kerja maka dilaksanakanlah
praktikum “Pengenalan Bengkel dan Keselamatan Kerja”. Perkakas bengkel
hampir selalu tersedia pada setiap satuan kehidupan. Bahkan di rumah tangga
biasapun kebanyakan akan ditemukan peralatan bengkel minimal, yang
digunakan untuk perawatan dan perbaikan barang- barang keperluan rumah
tangga. Juga di kantor-kantor, banyak pekerjaan perawatan kecil yang
lebih efisien jika dilakukan sendiri oleh karyawan kantor tersebut. Pekerjaan
perbengkelan selalu dibutuhkan oleh setiap unit kehidupan.
Selain dari poin di atas perlu pengenalan alat sebelum
menggunakannya. Hal ini dikarenakan agar dalam menggunakan alat sesuai dengan
kebutahan dan fungsinya. Oleh sebab itu, dalam praktikum mata kuliah
perbengkelan kali ini dilakukan penjelasan tentang manejem perbengkelan k3
serta pengenalan alat.
1.2 Tujuan
a.
Mampu
menjelaskan pengertian dan ruang lingkup pekerjaan dibidang perbengkelan.
b.
Memahami
makna pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.
c.
Memahami
dasar-dasar pengelolaan bengkel dibidang pertanian.
d.
Mengetahui
jenis dan fungsi dari alat-alat yang ada di ruang bengkel.
e.
Mendemonstrasikan
dan memahami teknik pengukuran yang benar dengan menggunakan alat ukur yang
dipelajari.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
bengkel secara umum tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan Bengkel pertanianmerupakan
tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan dan perawatan
berbagai alat mesin pertanian. Di dalam bengkel harus terdapat alat-alatdan
bahan-bahan yang menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bengkeltersebut.
Dan setiap pihak yang bersangkutan dengan kegiatan ini harusmemahami masalah
keselamatan dan kesehatan kerja (Jainudin,
2010).
Kondisi
bengkel yang diharapkan yaitu suasana nyaman, bersih, tertibdan indah, kondisi
peralatan yang baik dan siap pakai, peralatan tersusun sesuaitempatnya, cukup
penerangan dan ventilasi, bangunan ruang praktis/bengkelterpelihara baik, tidak
bocor, semua pintu dan jendela aman, halaman dan tamanterpelihara baik,
instalasi listrik yang memadai dan aman, sistem sirkulasi peralatan
aman dan lancar. Instalasi air terjamin, lancar, bersih
dan sehat, tersediaalat pemadam kebakaran (Daryanto, 2007).
Secara
umum, bengkel dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, bengkel yang
bergerak dalam bidang jasa. Bengkel jenis ini lebih ditekankan pada fungsinya
yang hanya sebagai penyalur jasa perbaikan (service). Misalnya bengkel
perbaikan spare part ataupun bengkel layanan servis lainnya. Jenis bengkel yang
kedua adalah bengkel yang bergerak dalam bidang produksi. Sedangkan bengkel
jenis ini lebih diarahkan dalam upayanya untuk memproduksi barang-barang
tertentu sesuai dengan permintaan pasar. Contoh bengkel bubut, frais, gerinda,
sekrap dan lain sebagainya. Jenis ketiga adlah bengkel yang bergerak dalam
bidang Transfer of Knowledge dan Transfer of Skill. Untuk bengkel jenis ini
lebih difokuskan pada penyaluran pengetahuan dan kemampukerjaan yang biasanya terdapat
dalam tempat-tempat diklat ataupun instansi pendidikan kejuruan seperti SMK
maupun di Universitas seperti di Fakultas Teknik misalnya. Fungsi utama dari
bengkel ini adalah sebagai suatu wahana pembelajaran dan penambah pengetahuan
dari individu yang bersnagkutan
(Jainudin, 2010).
Sedangkan secara
status, bengkel dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Bengkel Bebas (Independent
Work Shop)
Bengkel
ini berdiri sendiri, tidak terikat dan tidak memawakili merek tertentu sehingga
kebijakan-kebijakan dapat diambil sendiri sepanjang tidak merugikan bengkel itu
sendiri sebagi perusahaan atau sepanjang tidak merusak nama baik perusahaan
pemegang merek.
2. Bengkel
Perwakilan (Authorized Work Shop)
Bengkel ini masih
mirip dengan bengkel tersebut diatas, yaitu berdiri sendiri tapi ada merek yang
diwakilinya melalui surat penunjukan dari pemegang merek. Kebijakan-kebijakan
yang diambil disesuaikan dengan perusahaan yang menunjuknya dan sekaligus masuk
kedalam bagian dari layanan purna jual merek yang bersangkutan. Jenis bengkel
ini memungkinkan untuk menerima kemudahan-kemudahan dari perusahaan yang
menunjuknya. Kemudahan-kemudahan tersebut bisa bersifat bantuan teknis,
permodalan, peralatan atau jenis kemudahan lainnya tergantung dari kebijakan
perusahaan yang menunjuknya dan kesepakatan/perjanjian yang dibuat diantara
keduanya.
3. Bengkel Dealer
(Dealer Work Shop)
Bengkel
ini merupakan bagian atau sub bagian operasional dari dealer atau ATPM (Agen Tunggal
Pemegang Merek) sebagai unit layanan purna jual untuk mendukung sistem
pemasaran (Wijanto Kusuma, 1996).
Kendala Atau
Persoalan Yang Muncul
Bengkel yang baik
adalah bengkel yang bisa menmpatkan mangamen bengkel sebagai mana mestinya.
Managmen bengkel sangatlah penting dalam upaya perkembangan bengkel itu
sendiri. Akan tetapi, dalam upaya penerapan mangemen bengkel yang baik, tentu
saja jika itu semua tidak terlepas dari adanya kendala-kendala yng muncul. Berikut adalah beberapa kendala yang
ada pada kedua bengkel yang telah diobservasi oleh penulis:
1. Bengkel
AHASS 7506
Di Bengkel AHASS
7605 terdapat beberapa kendala yaitu mengenai tenaga kerja yang tiba-tiba
mengundurkan diri dan juga dalam hal stok sparepart yang ada. Solusi untuk
pemecahan masalah tentang adanya karyawan yang mendadak mengundurkan diri
adalah dengan mengadakan perekrutan karyawan baru. hal ini akan segera
dilakukan bila memang dirasa perlu, dan kekosongan karyawan itu sendiri akan
segera di isi.
Kendala
yang lain adalah tentang statusnya sebagai Dealer Work Shop. Selain
statusnya ini sebagai pendukung, ternyata status ini bisa juga menjadi sebagai
salah satu penyebab kendala yang muncul. Bengkel yang berstatus seperti ini
tidak bisa langsuk semau hatinya untuk mendesain bengkel mereka, apalagi untuk
mengembangkan sayapnya. Semua itu tetap saja di bawah peraturan dan naungan PT.
Astra Honda Motor, sehingga kewenangannya pun harus seizing PT. Astra Honda
Motor tersebut.
2. Bengkel
Sinar Mustika Motor
Kendala-kendala
yang sering terjadi di Bengkel Sinar Mustika Motor yaitu kosongnya sparepert
karena pengiriman barang yang telat. Akan tetapi untuk kendala ini Bengkel
Sinar Mustika Motor ini, salah satu solusinya adalah meminta pengisian stok
dari pihak keluarga yang juga mempunyai bengkel yang serupa.
Kendala
lain yang terdapat di Bengkel Sinar Mustika Motor adalah tentang daya saing
terhadap Dealer Work Shop. Karena tunjangan fasilitas dan nama yang
sudah melambung tinggi, Bengkel Sinar Mustika motor bekerja keras untuk mengimbangi
hal tersebut, salah satunya yaitu dengan menjual harga sparepart di bawa harga
spare part Dealer Work Shop. Jalan lain yang dipakai bengkel ini adalah
tentang pengganjian mekanik (Jainudin, 2010).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3
adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai Occupational Health and
Safety,disingkat OHS. K3 atau OHS adalah kondisi yang
harus diwujudkan ditempat kerja dengan segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran mendalam guna melindungi
tenaga kerja, manusia serta karya dan budayanya
melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku. Program
K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan
manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen,
P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran, keadaan
darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program (DK3N,
1993). Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan
kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya
termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi :
1.
Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
2.
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
3.
Membuat prosedur keamanan.
4.
Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan
5.
baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
6.
Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
7.
Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
8.
Rapat bulanan P2K3
9.
Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat
pelindung
diri, standar keselamatan yang baru.
10.
Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat,
ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan
dan kesehatan kerja dibuat berdasarkankondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya
sifatkegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dankesehatan kerja
harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan
sehinggatidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli,
2010).
III.
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Perbengkelan dengan judul Manajemen
Perbengkalan, K3 dan Pengenalan Alat ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 15 Maret 2016 pukul 13:00 – 15:00 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan
Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat
yang di gunakan dalam praktikum perbengkelan tentang pengenalan alat dan
mesin perbengkelan ini antara lain tulis berupa pena,buku catatan ,kamera
Hp,sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alat-alat dan
mesin perbengkelan yang ada di laboratorium daya alat dan mesin pertanian
Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung.
3.3 Diagram
Alir

![]() |
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil
pengamatan yang di dapat dalam praktikum
ini adalah:
No
|
Nama Alat
|
1
|
Bor Listrik
|
2
|
Bor Manual
|
3
|
Penggaris
Siku
|
4
|
Gergaji Kayu
Listrik
|
5
|
Gerinda
|
6
|
Gunting
|
7
|
Kunci Pass
|
8
|
Kunci L
|
9
|
Kunci Ring
|
10
|
Kunci T
|
11
|
Masker Muka
|
12
|
Mata gerinda
|
13
|
Solder
|
14
|
Pahat lancip
|
15
|
Pahat Gepeng
|
16
|
Pengering
|
17
|
Sarung
tangan
|
18
|
Tang Buaya
|
19
|
Tang
Pemotong
|
20
|
Kunci
Inggris
|
21
|
Tang Monyet
|
Adapun hasil pengenalan mesin pada praktikum kali ini
adalah:
1
|
Mesin Amplas
|
2
|
Mesin Bor
|
3
|
Gergaji
Mesin
|
4
|
Gergaji Pita
|
5
|
Mesin Amplas
Dua Mata
|
6
|
Mesin Bubut
|
7
|
Mesin Planer
|
8
|
Mesin
pelurus Plat
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul Manajemen
Perbengkelan, K3 dan Pengenalan Alat praktikan dijelaskan mekanisme kerja di
bengkel. Perbengkelan sendiri adalah wadah untuk melakukan aktifitas atau kerja
perbengkelan. Artinya sangat penting mengenalkan peraturan yang ada dibengkel
sebelum melakukan kegiatan atau praktikum.
Manajemen perbengkelan sendiri yaitu merupakan
pengelolaan sistem kerja dibengkel. Mulai dari perlengkapan pakaian sampai
prosedur menggunakan alat maupun bengkel tersebut.
Perkembangan
suatu bengkel juga tidaklah terlepas dari tata ruang maupun tata letaknya
(layout) yang ada di bengkel-bengkel tersebut. Tingkat kenyamanan konsumen juga
merupakan factor penting dalam proses perkembangan ini. Tentang manajemen
layout, hal-hal yang perlu diatur di antaranya adalah mengenai tata letak mesin
yang ada, penerangan, jenis lantai yang digunakan, ventilasi, tingkat perhatian
terhadap keselamatan kerja, struktur organisasi yang sedang berjalan (jika ada) dan hal-hal
kecil lain yang menyangkut kenyamanan dari bengkel maupun dari konsumen
tersebut.
Penerangan
merupakan salah satu hal yang penting dalam dunia perbengkelan. Karena
penerangan mempengaruhi lancar tidaknya pekerjaan yang terdapat dalam suatu
bengkel tersebut. Penerangan juga mempengaruhi adanya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja yang diperlukan dalam menjalankan pekerjaan di bengkel tersebut.
Penerangan dalam bengkel memiliki standar tersendiri. Penerangan tersebut dapat
berupa cahaya langsung dari matahari atau berupa lampu. Namun disarankan dalam
suatu bengkel akan lebih baik jika penerangan tersebut berasal dari cahaya
matahari langsung.
Seperti
halnya penerangan, lantai yang baik juga sangat diharapkan dalam suatu bengkel.
Akan tetapi, dalam benkel otomotif seperti ini, kondisi lantai tidak terlalu
diperhatikan seperti bengkel-bengkel perkakas, terutama dalam jenis lantainya.
Hal yang diutamakan dalam bengkel otomotif hanyalah kebersihannya saja. Akan
tetapi kebersihan di bengkel ini juga kurang dijaga. Hal ini dikarenakan
sanirasi pembuangan air dan limbahnya juga tidak ada.
Kecelakaan Akibat Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja
Kecelakaan
(accident) adalah suatu kejadian yang tak diinginkan, datangnya tiba tiba dan
tidak terduga yang menyebabkan kerugian pada manusia (luka, cacat, sakit, meninggal), perusahaan (kerusakan
properti, terhentinya proses produksi).
Jenis-jenis
Kecelakaan Kerja yang terjadi di bengkel otomotif diantaranya
adalah
:
1.
0rang Yang Terjatuh
ü Orang
yang terjatuh dari ketinggian (pohon, gedung, scaffolding, penyangga, tangga, lifting equipment, mesin,
kendaraan)
ü Orang
yang jatuh pada ketinggian yang sama, terpeleset dan sebagainya.
2.
Tertimpa / Terkena Benda Jatuh
ü Keruntuhan/kejatuhan
(peralatan praktik, trainer, tumpukan barang) Runtuh (gedung, dinding, penyangga, tangga)
ü Tertimpa
benda jatuh saat penanganan
ü Tertimpa
benda jatuh yang tidak terklasifikasi.
3.
Tersandung, Terbentur Benda-benda selain Benda Jatuh
ü Tersandung
sesuatu
ü Terbentur
benda-benda berupa peralatan praktik
ü Tertabrak
benda-benda yang bergerak
ü Tertabrak
benda-benda yang tak tersusun rapi di bengkel
4.
Terjebak/Terjepit Di dalam atau Diantara suatu Tempat/Benda
ü Terjebak
di dalam suatu tempat, misal ruang pewarnaan dibengkel chasis
ü Terjepit
oleh alat-alat praktik, misal lifting equipment, forklift, dan laninya
5.
Gerakan Yang Mengeluarkan Tenaga Yang Berlebihan/ Berat
ü Pengerahan
tenaga untuk mengangkat benda-benda praktik
ü Pengerahan
tenaga untuk mendorong dan menarik benda saat memindahkan alat misal, accu, tabung oksigen dan
trainer praktek
ü Pengerahan
tenaga untuk menangani dan melepas benda
6.
Terpapar atau Kontak Dengan Temperatur Yang Berlebihan
ü Terpapar
suhu panas (udara/lingkungan), terutama panas oleh mesin-mesin motor di bengkel otomotif
ü Terpapar
suhu dingin (udara/lingkungan)
ü Kontak
dengan basah atau benda panas
7.
Terpapar atau Kontak Dengan Arus Listrik
ü Rangkaian
Listrik yang ada dibengkel kurang terawat dan rapi
ü Kelistrikan
yang ada dalam kendaraan mobil maupun motor
8.
Terluka, teriris, terpotong, dan luka luar
Potensi
cidera akibat kesalahan K3 di bengkel otomotif berdasar bagian tubuh
yang
masuk pada kategori riskan:
1.
Bagian Kepala:
ü Daerah
Tempurung Kepala (tengkorak, otak, kulit kepala)
ü Mata (meliputi orbit dan
syaraf mata)
ü Telinga
ü Wajah
/ muka
ü Kepala
ü Kepala,
pada daerah yang tidak teridentifikasi sebelumnya.
2.
Leher (meliputi tenggorokan dan tengkuk tulang belakang)
3.
Batang Tubuh:
ü Punggung
(batang sumsum tulang belakang dan otot-otot yang berdampingan,
spinal cord)
ü Dada
(tulang rusuk, tulang dada, organ-organ dalam dari dada)
ü Perut
(meliputi organ-organ dalam)
ü Panggul
4.
Lengan Atas (Upper Limb):
ü Bahu
(meliputi tulang ketiak dan bilah bahu)
ü Lengan
bagian atas
ü Lengan
bawah.
ü Pergelangan
tangan.
ü Tangan (selain jari).
5.
Tungkai/Percabangan Bagian Bawah:
ü Daerah
paha
ü Lutut
ü Tungkai
(tungkai bagian bawah)
ü Kaki (selain jari kaki)
6.
Cedera Umum:
ü Sistem sirkulasi secara umum
ü Sistem pernafasan secara umum.
ü Sistem
pencernaan secara umum.
ü Sistem
Syaraf secara umum.
ü Cedera
umum yang lainnya.
ü Cedera
umum yang tidak terspesifikasi.
Adapun dari hasil pengenalan alat-alat nmaupun
mesin-mesin yang ada di bengkel adalah sebagai berikut beserta fungsi dan
penjelasannya:
Untuk alat-alat perbengkelan adalah sebagai berikut.
a)
Bor
Listrik

b)
Bor
Manual

c)
Penggaris
Siku
Penggaris siku adalah penggaris yang terbuat dari
aluminium denga pangkal dari besi. Sudut pangkal dan penggaris adalah 900.
Alat ini digunakan untuk mengukur panjang.

d)
Gergaji
Kayu Listrik
Gergaji kayu listrik adalah gergaji yang digunakan untuk
memotong kayu yang digerakkan oleh tenaga aliran listrik.

e)
Gerinda

f)
Gunting

g)
Kunci
Pass
Kunci Pas adala kunci yang berbentuk seperti percabangan
yang biasanya berukuran 14, 15, 16, 17 dan lain-lain.

h)
Kunci
L
Kunci L adalah kunci yang digunakan untuk mengencangkan
maupun mengendorkan baut yang kepalanya menjorok ke dalam. Berbentu lipatan.

i)
Kunci
Ring
Kunci Ring memiliki ujung bulat (box) cocok untuk membuka
atau megunci kepala baut atau murk arena memberikan suatu cengkeraman yang
lebih kuat dari kunci pas yang ujungnya
terbuka.

j)
Kunci T atau dikenal juga dengan shock T
handle, merupakan perkakas
yang memudahkan dalam
membongkar baut.

k)
Masker
Muka
Masker Muka adalah alat yang digunakan untuk melindungi
muka dari percikan api saat mengelas.

l)
Solder

m)
Pahat
Gepeng
Pahat gepeng adalah alat yang digunakan untuk memahat
kayu.

n)
Sarung
Tangan

o)
Tang
Buaya

p)
Tang
Pemotong

q)
Kunci
Inggris

r)
Tang
Monyet

Adapun mesin yang dikenalkan pada praktikum ini adalah:
ü Mesin Bubut

ü Mesin Planer

ü Mesin Amplas

ü
Mesin Gergaji Pita

Mesin ini digumakan untuk memotong kayu.
ü Mesin

V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
ü Manajemen perbengkelan meliputi organisasi bengkel,
peraturan yang berlaku di ruag bengkel dan pengelolaan yang baik.
ü Tata ruang bengkel sangat berpengaruh terutama penerangan
dan lantai.
ü Kesehatan dan Keselamatan kerja sangat dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan perbengkelan karena bisa mengancam diri.
ü Alat-alat dan mesin perbengkelan yaitu mesin bubut, mesin
bor, masker muka, sarung tangan, kunci pas, kunci sok, dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Burhanuddin, Ahmad., Dicky Nurul Ilham, 2014. Identifikasi K3 di bengkel
Otomotif. Sleman.
Daryanto, 2007.Alat-alat inventaris perbengkelan pertanian. Universitas
Negeri malang: Malang.
Jainudin, Muhamad, 2010. Laporan Observasi Managemen Bengkel. Universitas
Negeri malang: Malang.
Wijanto Kusuma, 1996. Mekanisasi Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada
Mada
terimakasi bro altikelnya sangat membantu
BalasHapus